BAB I
PENDAHULUAN
Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral
dari berbagai komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang
berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit
fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen
tersebut (misalnya perubahan nilai parameter fisika-kimia perairan), maka
akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat
mempengaruhi keseluruhan sistemyang ada, baik dalam kesatuan struktur
fungsional maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem
dapat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai komponen yang
terlibat dalam sistemtersebut. Oleh sebab itu, untuk menjamin sumberdaya
hayatinya, maka hubungan-hubungan ekologis yang berlangsung di antara
komponen-komponen sumberdaya hayati yang menyusun suatu sistem, perlu diperhatikan
Dari seluruh komponen biotik yang ada, maka salah
satu di antaranya yangmenarik untuk
dikaji adalah organisme subtidal, yaitu daerah yang terletek antarabatas air surut terendah di pantai dengan ujung paparan dunia yang di pengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan
antara lain: pergerakan ombak, salinitas, suhu, penetrasi cahaya, persediaan
makanan, topograpi. Dan organisme yang hidup pada zona subtidal diantaranya:
lamun, anemone, siput laut, ganggang coklat, ganggang merah, bintang laut dan
sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Zona Subtidal merupakan daerah yang terletek antara
batas air surut terendah di pantai dengan ujung paparan benua (continental
shelf), dengan kedalaman sekitar 200 meter. Pada skema klasifikasi,ah ini
dikenal sebagai sublitoral. Zona paparan atau sublitoral adalah zona
bentik pada paparan benua di bawah zona pelagik neritik. Zona ini mendapat
cahaya dan pada umumnya dihuni oleh bermacam jenis biota laut yang melimpah
dari berbagai komunitas, termasuk padang lamun dan terumbu karang. Zona
subtidal meliputi daerah dibawah rata-rata level pasang surut yang rendah dan
biasanya selalu digenangi air secara terus menerus.
2.2 Zonasi/Distribusi
Zonasi zona subtidal terdiri dari:
1. Lingkungan
sedimen tanpa vegetasi. Habitat yang tidak bervegetasi biasanya terdapat di
daerah intertidal yang merupakan wilayah pantai terbuka yang terletak antara
titik pasang tertinggi dan titik surut terendah, atau disebut juga dengan zona pasang surut. Zona ini merupakan zona yang
paling dinamis karena di zona ini terjadi fenomena pasang surut air laut dan
adanya energi gelombang yang besar (Nybakken & Bertness 2005). Dengan
adanya fenomena ini, habitat di daerah ini memiliki beberapa sifat yang khas,
yaitu:
a. Sedimen
mengalami pergantian kondisi terekspos (terdedah) dan terendam secara periodik
sejalan dengan siklus pasang surut yang terjadi.
b. Sedimen
mengalami dinamika yang cukup hebat sebagai konsekuensi dari turbulensi air
laut yang dapat meresuspensi, mendeposisi dan mengagitasi sedimen.
c. Sedimen
mengalami tekanan faktor-faktor daratan sebagai konsekuensi dari posisinya yang
berbatasan langsung dengan daerah teresterial (De Deckere et al. 2001).
Karakteristik habitat yang khas ini dapat mempengaruhi kehidupan organisme
bentik pada umumnya.
2. Substrat
keras yang didominasi oleh tanaman dan hewan berkulit keras.
3. Hamparan
dan hutan kelp.
4. Daerah
padang lamun.
2.3 Karakteristik
1. Zona
ini merupakan zona fotik (masih mendapatkan cahaya). Zona Fotik atau eufotik
merupakan perairan pelagik yang masih mendapatkan cahaya matahari. Batas bawah
zona ini tergantung pada batas kedalaman tembus cahaya, dan biasanya bervariasi
berdasarkan tingkat kejernihan air. Umumnya batas bawah zona fotik terletak
pada kedalaman 100-150 meter.
2. Kedalaman
sekitar 200 m. Zona subtidal berada pada bagian laut yang terletak antara batas
air surut terendah di pantai dengan ujung paparan benua, pada kedalaman sekitar
200m. pada skema klasifikasi, daerah ini dikenal sebagai sublitoral.
3. Terdiri
dari sedimen lunak, pasir, lumpur, dan sedikit daerah dengan substrat keras.
4. Turbulensi
tinggi. Pada perairan-dangkal ini, interaksi ombak, arus dan upwelling
menumbulkan turbulensi. Turbulensi ini secara umum mencegah perairan pantai
terstratifikasi secara termal kecuali untuk waktu yang singkat di daerah
beriklim sedang.
5. Suhu
berubah secara musiman. Suhu juga lebih bervariasi di perairan pantai dan
menunjukkan perubahan musiman yang jelas di daerah yang beriklim sedang.
6. Makanan
melimpah. Produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan perairan lepas
pantai yang serupa karena melimpahnya nutrient, baik yang berasal dari runoff
daratan maupun pendaurulangan. Produktivitasnya yang tinggi ini menyangga
populasi zooplankton dan organisme benthos yang tinggi.
2.4
Proses Adaptasi Organisme Subtidal
Karena
organisme intertidal umumnya berasal dari laut, maka adaptasi yang
ditelititerutama harus menyangkut penghindaran atau pengurangan tekanan yang
timbul karenakeadaan yang terbuka setiap hari pada lingkungan daratan. Tekanan
yang utama darilingkungan laut adalah ombak.
2.4.1
Daya Tahan Terhadap Kehilangan Air
Mekanisme
yang sedehana untuk menghindari kehilangan air terlihat pada hewan-hewan yang
bergerak, misalnya kepiting. Hewan ini dengan mudah berpindah dari daerah
permukaan yang terbuka di intertidal ke dalam lubang-lubang, celah atau galian
yang sangat basah sehingga kehilangan air dapat diatasi. Hewan ini menghindarai
kondisi lingkungan pantai yang kurang baik dengan aktif memilih mikrohabitat
yang baik. Situasi yang serupaterjadi pada beberapa spesies anemon seperti Anthopleura xanthigrammica di pesisir Pasifik
Amerika Utara. Tubuhnya lunak tanpa sistem pencegah kehilangan air. Akan tetapi
spesiesini biasanya ditemukan di antara teritip atau di dalam celah dimana
kehilangan air dapatdikurangi sehingga adaptasi fisiologis tidak dibutuhkan.
Mekanisme
sederhana lainnya terdapat pada beberapa genera alga intertidal bagianatas
yaittu Porphyra, Fucus, Enteromorpha. Tumbuhan ini tidak
dapat bergerak dan tidak memiliki mekanisme untuk menghindari kehilangan air.
Mereka beradaptasi untuk mengatasikehilangan air yang besar hanya dengan
jaringannya.
Berlawanan
dengan di atas, banyak spesies-spesies hewan intertidal mempunyaimekanisme
untuk mencegah kehilangan air. Mekanisme ini dapat terjadi baik secara struktural,
tingkah laku, maupun kedua-duanya. Banyak spesies teritip merupakan spesies yang
utama di zona intertidal di seluruh dunia. Hewan ini sesil dan kehilangan air
dapat dihindari dengan merapatkan cangkangnya pada waktu air surut. Adanya
cangkang yang kedap air menyebabkan berkurangnya kehilangan air akibat penguapan.
Limpet dari genus Patella, Acmaea, Collisella merupakan
hewan yang dominan di daerah intertidal berbatu. Spesies limpet tertentu
mempunyai “goresan rumah” (home scar) dimana cangkang dapat dengan pas
menempatinya. Pada waktu pasang turun, mereka kembali ke “rumahnya” dan dengan
menempati lubang tersebut kehilangan air dapat dicegah. Limpet lainnya yang
tidak mempunyai goresan, menempel rapat pada batu-batu sehingga tidak ada satu
jaringan punyang terbuka kecuali cangkang. Gastropoda lainnya seperti siput (Littorina)
mempunyai operkula yang menutup celah cangkang. Ketika pasang turun mereka
masuk ke dalam cangkang, lalu menutup celah menggunakan operkulum sehingga
kehilangan air dapat dikurangi. Beberapa Bivalvia seperti Mytilus edulis dapat hidup di daerah
intertidal karena memiliki kemampuan menutup rapat valvanya untuk mencegah
kehilangan air. Organisme lain seperti anemone Actinia dan hydroid Clava
squamata menghasilkan lendir (mucus) untuk mencegah kehilangan air.
Penghuni-penghuni pasir atau lumpur biasanya hanya mengubur diri ke dalam
substrat untuk mencegah kekeringan.
2.4.2
Pemeliharaan Keseimbangan Panas
Walaupun
kematian akibat kedinginan ditemukan juga pada beberapa organisme intertidal,
namun suhu rendah yang ekstrem nampaknya tidak begitu menjadi masalah
bagiorganisme pantai dibandingkan suhu yang tinggi. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa organisme-organisme tersebut hidup lebih dekat dengan suhu
letal atasnya daripada suhu letal bawahnya. Jadi mekanism e keseimbangan panas
hampir seluruhnya berkenaan dengan cara mengatasi suhu yang terlalu tinggi. Hal
ini dapat diatasi dengan pengurangan panas yang berasal dari lingkungan dan
menngkatkan kehilangan panas dari tubuh hewan. Panas yang didapat dari
lingkungan dapat dikurangi dengan beberapa cara. Cara pertama adalah dengan memperbesar
ukuran tubuh relatif bila dibandingkan spesies yang sama baik di intertidal maupun
di subtidal. Dengan memperbesar ukuran tubuh berarti perbandingan antara luas
permukaan dengan volume tubuh menjadi lebih kecil sehingga luas daerah tubuh
yang mengalami peningkatan suhu menjadi lebih kecil. Pada keadaan yang sama,
tubuh yang lbih besar memerlukan waktu yang lebih lama untuk bertambah panas
dibandingkan dengan tubuh yang lebih kecil. Moluska gastropoda seperti Littorina
littorea dan Olivella biplicata denganukuran tubuh besar banyak
terdapat di daerah intertidal. Mekanisme lain untuk mengurangi panas adalah
dengan cara mengurangi kontak antara jaringan tubuh dengan substrat.
2.4.3
Tekanan Mekanik
Gerakan
ombak mencapai puncaknya di zona intertidal. Karena itu, setiap organisme yang
hidup di daerah ini perlu beradaptasi untuk mempertahankan diri dari pengaruh
pukulan ombak. Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda pada pantai
berbatu, dan pada pantai berpasir, sehingga membutuhkan adaptasi yang berbeda
pula. Untuk mempertahankan posisi menghadapi gerakan ombak, organisme
intertidal telah membentuk beberapa adaptasi. Salah satu diantaranya yang
ditemukan pada teritip, tiram, dan cacing polikaeta serpulida, adalah dengan
melekat kuat pada substrat. Sedangkan alga di daerah intertidal
menyatukandirinya pada dasar perairan melalui sebuah alat pelekat.
Organisme
lain juga membuat alat pelekat yang kuat tetapi tidak permanen, sehingga membatasi
pergerakan. Sebagai contoh adalah benang bisal pada Mytilus yang dapat menambatkan
hewan tersebut dengan kokoh tetapi tetap dapat putus dan dapat dibuat
kembalisehingga membatasi gerakan yang lambat.
Moluska
intertidal yang dominan seperti beberapa macam limpet dan kiton, mempertahankan
diri dari gerakan ombak dengan kaki yang kuat dan besar yang diletakkan pada
substrat. Organisme motil seperti kepiting tidak mempunyai mekanisme struktural
untuk mempertahankan diri dari sapuan ombak dan mereka dapat terus hidup hanya
dengan berlindung pada celah batu atau dibawah batu. Hampir semua moluska
intertidal beradaptasi terhadap serangan ombak dengan jlan mempertebal
cangkang, lebih tebal dibandingkandengan individu yang sama yang terdapat di
daerah subtidal dan mengurangi ukuran tubuhyang amat mudah pecah bila terpukul
ombak.
2.4.4
Pernapasan
Karena
hewan-hewan penghuni zona intertidal merupakan hewan laut, maka mereka mempunyai
tonjolan organ pernapasan yang mampu mengambil oksigen dari air. Biasanya tonjolan
itu tipis dan merupakan perluasan dari permukaan tubuh. Organ-organ pernapasan ini
amat peka terhadap kekeringan di udara dan tidak akan berfungsi kecuali jika
dicelupkan ke dalam air. Organ seperti ini tidak diperlukan di daerah
intertidal. Di antara hewan intertidal, terdapat kecenderungan untuk memasukkan
organ pernapasan ini ke dalam rongga perlindungan untuk mencegah kekeringan.
Hal ini dapat terlihat jelas pada berbagai moluska dimana insangnya terdapat
dalam rongga mantel yang dilindungi oleh cangkang. Keadaan yang sama dijumpai
pada teritip dimana jaringan mantel bertindak sebagai organ pernapasan.
Hewan-hewan dengan organ pernapasan yang terlindung juga harus mempertahankan
air pada waktu pasang turun, karena itu
mereka sering menutup operkulum atau mengaitkan diri (kiton, limpet), dengan
demikian pertukaran gas berkurang. Jadi, untuk mempertahankan oksigen dan air
ketika pasang turun, banyak hewan yang berdiam diri.
2.4.5
Cara Makan
Pada
waktu makan, seluruh hewan intertidal harus mengeluarkan bagian-bagian
berdaging dari tubuhnya. Hal ini berarti bahwa bagian-bagian yang terbuka ini
harus tahan terhadap kekeringan. Karena itu, seluruh hewan intertidal hanya
aktif jika pasang naik dantubuhnya terendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh
hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan detritus,
maupun predator.
2.4.6
Tekanan Salinitas
Zona
intertidal juga mendapat limpahan air tawar, yang dapat menimbulkan masalah tekanan
osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat menyesuaikan diri dengan air
laut. Karena hampir semua organisme intertidal tidak memperlihatkan adaptasi
daya tahan terhadap perubahan salinitas, tidak seperti organisme estuaria.
Kebanyakan tidak mempunyai mekanisme untuk mengontrol kadar garam cairan
tubuhnya dan karena itu disebut osmokonformer. Adaptasi satu-satunya sama
dengan adaptasi untuk melindungi tubuh dari kekeringan, misalnya untuk teritip
dan moluska adalah dengan menutup valva atau cangkang. Keadaan ini mungkin yang
menyebabkan mortalitas katastrofik pada organisme intertidal jika terjadi hujan
deras atau aliran air tawar. Tetapi nampaknya keadaan ini amat jarang terjadi sehingga
mekanisme khusus tidak terlalu dibutuhkan.
2.4.7
Reproduksi
Kebanyakan
organisme intertidal hidup menetap atau bahkan melekat, sehingga dalam penyebarannya
mereka menghsailkan telur atau larva yang terapung bebas sebagai plankton.
Adaptasi reproduksi kedua yang diakibatkan oleh posisi intertidal adalah bahwa hampir
semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang seirama dengan munculnya
arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu pasang purnama. Contohnya
Mytilus edulis, gonad menjadi dewasa selama pasang purnama dan
pemijahannya berlangsung ketika pasang perbani. Pada Littorina neritoides,
telurnya diletakkan pada saat pasang purnama.
2.5 Kondisi Lingkungan
Perairan
paparan benua kurang konstan dan kondisi lingkungannya menunjukkan lebih banyak
variasi dibandingkan dengan daerah epipelagik laut terbuka atau laut-dalam.
Kemungkinan faktor fisik terpenting yang bereaksi pada komunitas dasar adalah
turbulensi atau gerakan ombak. Pada perairan-dangkal ini, interaksi ombak, arus
dan upwelling menumbulkan turbulensi. Turbulensi ini secara umum mencegah
perairan pantai terstratifikasi secara termal kecuali untuk waktu yang singkat
di daerah beriklim sedang. Jadi nutrient jarang menjadi faktor pembatas.
Produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan perairan lepas pantai yang
serupa karena melimpahnya nutrient, baik yang berasal dari runoff daratan
maupun pendaurulangan. Produktivitasnya yang tinggi ini menyangga populasi
zooplankton dan organisme benthos yang tinggi.
2.6
Faktor-faktor yang Mengendalikan
Zona
perairan subtidal dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain:
a. Pergerakan
Ombak
Pergerakan
ombak merupakan faktor yang penting di daerah ini. Periode pergerakan laut dan
gelombang badai yang lama, berpengaruh terhadap dasar perairan yang dangkal
ini. Pada dasar yang lunak, jalur ombak ini dapat menimbulkan gerakan bergelombang
besar di dasar, yang sangat mempengaruhi stabilitas substrat. Partikel substrat
dapat teraduk dan tersuspensi kembali. Hal ini sangat mempengaruhi hewan
infauna yang hidup di dalam substrat. Pergerakan ombak juga menentukan tipe
partikel yang terkandung. Pergerakan ombak yang kuat memindahkan partikel halus
sebagai suspense dan menyisakan pasir. Jadi sedimen lumpur yang baik hanya
dapat terbentuk pada dasar yang pergerakan ombaknya rendah atau letaknya lebih
dalam sehingga tidak dipengaruhi oleh ombak.
b. Salinitas
Salinitas
di daerah ini lebih bervariasi daripada di laut terbuka atau laut-dalam, tetapi
kecuali di daerah dekat sungai-sungai besar yang mengeluarkan sejumlah besar
air tawar, salinitas tidak berubah banyak sehingga dapat menimbulkan perbedaan
ekologis.
c. Suhu
Suhu
juga lebih bervariasi di perairan pantai dan menunjukkan perubahan musiman yang
jelas di daerah yang beriklim sedang. Perubahan suhu ini dapat menjadi isyarat
bagi organisme untuk memulai atau mengakhiri berbagai aktivitas, misalnya
reproduksi.
d. Penetrasi
Cahaya
Penetrasi
cahaya pada perairan turbulen ini lebih kecil dibandingkan dengan daerah laut
terbuka. Kumpulan partikel-partikel sisa, baik dari daratan, dari
potongan-potongan kelp dan rumput laut, ditambah kepadatan plankton yang tinggi
akibat melimpahnya nutrient, menyebabkan terhambatnya penetrasi cahaya sampai
beberapa meter.
e. Persediaan
Makanan
Persediaan
makanan di daerah ini melimpah. Sebagian disebabkan karena produktivitas
plankton meningkat dan juga disebabkan oleh produksi tumbuhan yang melekat seperti
kelp dan rumput laut. Ini merupakan salah satu dari sedikit daerah di laut di
mana tumbuhan makroskopik mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi.
Sumber makanan terakhir adalah runoff dari daratan. Walaupun terdapat banyak
tanaman besar di daerah perairan sublitoral, secara relative terdapat sedikit
hewan pemakan tanaman yang berukuran besar. Penggunaan terbesar dari kelp dan
rumput laut sebagai makanan hanyalah setelah tanaman tersebut dirombak menjadi
partikel detritus.
f. Topografi.
Dasar
lunak di sublitoral tidak memiliki diversitas topografik dan menyebar luas
secara monoton sampai jarak yang jauh. Karena kurangnya relief topografik, maka
untuk membedakan antara satu tempat dengan tempat yang lain hanyalah berdasarkan
besarnya butir-butir substrat. Di pihak lain substrat subtidal yang keras dapat
memiliki relief yang cukup besar dengan banyak habitat yang potensial.
Kurangnya relief di daerah infauna umumnya berarti lebih sedikit variasi
habitat untuk dihni hewan dan lebih sedikit cara yang potensial untuk
mempertahankan hidup. Akibatnya jumlah spesies infauna lebih sedikit daripada
jumlah spesies epifauna. Relung yang terdapat juga lebih sedikit. Kebanyakan
hewan infauna merupakan pemakan deposit, mencerna detritus yang berlimpah yang
jatuh ke bawah, atau sebagai pemakan suspense-menyaring plankton yang berlimpah
atau detritus yang melayang dalam kolom air. Di pihak lain, ikan-ikan yang
hidup di dasar umumnya karnivora.
2.7 Organisme yang Hidup di Zona
Subtidal
Secara
ekologis ada 3 kelompok organisme yang hidup di daerah subtidal:
1. Epifauna
adalah organisme bentik yang hidup pada atau, dalam keadaan lain berasosiasi
dengan permukaan.
2. Infauna
adalah organisme yang hidup di substrat lunak. Organisme infauna di golongkan
menurut ukurannya, Makrofauna organisme yang berukuran > 1 mm. Meiofauna 1,0 mm sampai 0,1 mm
dan mikrofauna < 0,1 mm.
3. Predator-predator
besar dan bergerak aktif dan seperti ikan dan kepiting.
2.7.1 Asosiasi infauna
Kelompok organisme dominan yang
menyusun makrofauna di dasar lunak sublitoral terbagi dalam 4 kelompok
taksonomi :
·
Klas Polychaeta
Cacing
Polychaeta banyak terdapat sebagai spesies pembentuk tabung dan penggali.
·
Klas Crustacea
Crustacea
yang dominan adalah Ostracoda, Amfipoda, Isopoda, Tanaid, Misid yang berukuran
besar, dan beberapa Dekapoda yang lebih kecil.
·
Filum Echinodermata
Echinodermata
biasanya sebagai bentos subidal, terutama terdiri dari bintang mengular dan
ekinoid (bulu babi dan dollar pasir).
·
Filum Molusca
Molusca
biasanya terdiri dari berbagai spesies Bivalvia penggali dengan beberapa
Gastropoda di permukaan.
2.7.2 Kebun Kelp
Kelp utama yang mendominasi dan
membentuk struktur dasar dari ‘’kebun kelp’’ adalah genera Macrocystis,
Nereocystis dan Laminaria. Pantai Pasifik Amerika Utara maupun Selatan di
dominasi oleh Macrocystis sementara Laminaria mendominasi perariran Atlantik.
2.7.3 Komunitas Khusus
1.
Komunitas Pena
Laut
Komunitas ini didominasi oleh Pena
Laut, Petilosarkus gurneyi Cnidaria
berusia panjang. Dan bahwa Petilosarkus
gurneyi merupakan sumber makanan terbesar bagi tujuh predator : empat
bintang laut (Hipassterias spinosa,
Dermasterias imbricata, Crossaster papposus dan Mediaster aequalis serta tiga molusca apisthobranch (Armina californica, Tritonia festiva dan
Hermissenda crassicornis).
2.
Komunitas
Bunga Laut
Komunitas
Bunga Laut di dominasi oleh cnidaria, terutama oleh bunga laut Renilla kollikeri, serta anemon Harenactis attenuata dan Zaolutus actius. Berasosiasi dengan tiga
gastropoda (Nassarius fossatus, Nassarius
perpinguis, dan Polinices recluzionus). Dan dua ekinodermata (Amphiodia occidentalis dan Astropecten
armatus).
3.
Komunitas
Dollar Pasir
Spesies
yang dominan adalah bunga Laut Renilla
Kollik dan dollar pasir Dendraster
excentricus, nudibranch Armina californica,
dan bintang laut Astropecten armatus.
2.8 Contoh Organisme Subtidal
2.8.1 Anemon Laut
Morfologi
Bentuk tubuh anemon seperti bunga,sehingga juga
disebut mawar laut. Lipatan yang bundar di antara badan dan keping mulut
membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian bawah.
Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum
terdapat "fossa".Keping mulut bentuknya datar, melingkar,
kadang-kadang mengkerut, dan dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis
Limnactinia, keping mulut tidak dilengkapi dengan tentakel. Beberapa anemon
laut dapat bergerak seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara
menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat yang berguna untuk
melindungi dirinya dari predator.
Habitat
Pada umumnya anemon banyak dijumpai pada daerah
terumbu karang yang dangkal dan jarang dijumpai pada daerah terumbu karang yang
persentase tutupan karang batunya tinggi.
2.8.2 Ganggang
Ganggang atau ganggeng merujuk pada semua vegetasi yang
tumbuh di air (baik air tawar maupun air laut), khususnya yang cukup besar
(dapat dilihat mata telanjang), seringkali membentuk massa yang besar, dan
memanjang (berbentuk berkas). Istilah ini tidak memiliki makna biologi tetapi
biasa digunakan pengguna transportasi perairan untuk menghindari wilayah yang
sulit dilayari.
Istilah ganggang dalam biologi pernah dipakai untuk
menyebut kelompok organisme rendah alga, namun mendapat tentangan karena
sejumlah anggota tumbuhan berbunga perairan juga disebut sebagai ganggang
(seperti Hydrilla, Ceratophyllum, dan Cabomba). Untuk
mencegah kesalahpahaman, istilah "ganggang" sekarang dihindari dalam
konteks botani.
2.8.3 Bulu Babi
Landak laut atau disebut juga bulu babi (Echinoidea)
merupakan hewan yang biasanya hidup di:
1.
Daerah pantai
2.
Atas batu
karang
3.
Dasar laut
4.
Dalam lumpur
5.
Sumur-sumuran
daerah pantai
6.
Muara sungai
(dengan membenamkan diri di tanah liat atau di bawah karang)
Hewan-hewan yang termasuk kelas ini berbentuk bundar
tak berlengan, tetapi memilki duri yang dapat digerakkan.
Contoh Echonoidea
1.
Diadema
antillarum
2.
Strongylocentrotus (berbentuk bola)
3.
Spatangus (berbentuk oval)
4.
Echinarachnius (berbentuk seperti uang logam) yang sering disebut
dolar pasir.
2.8.4 Bintang Laut
Bintang laut, walaupun dalam bahasa Inggris ia
dikenal dengan sebutan starfish, hewan ini sangat jauh hubungannya dengan ikan.
Bintang laut merupakan hewan invertebrata yang termasuk dalam filum
Echinodermata, dan kelas Asteroidea. Bintang laut merupakan hewan simetri
radial dan umumnya memiliki lima atau lebih lengan. Bintang laut tidak memiliki
rangka yang mampu membantu pergerakan. Rangka mereka berfungsi sebagai
perlindungan. Mereka bergerak dengan menggunakan sistem vaskular air. Mereka
bergantung kepada kaki tabung yang terletak di bagian ventral lengan bintang
ular, yang berfungsi untuk pergerakan dan membantu makan. Bintang laut adalah
hewan invertebrata yang bergerak bebas dengan menggunakan kaki-kaki tabungnya,
merayap sepanjang dasar laut dalam kecepatan yang cukup rendah untuk kebanyakan
spesies.
BAB III
KESIMPULAN
·
Definisi
Zona
Subtidal merupakan daerah yang terletek antara batas air surut terendah di
pantai dengan ujung paparan benua (continental shelf), dengan kedalaman sekitar
200 meter.
·
Zonasi/Distribusi
Zonasi
zona subtidal terdiri dari:
1. Lingkungan
sedimen tanpa vegetasi
2. Substrat
keras yang didominasi oleh tanaman dan hewan berkulit keras
3. Hamparan
dan hutan kelp
4. Daerah
padang lamun
·
Karakteristik
1. Zona
ini merupakan zona fotik (masih mendapatkan cahaya)
2. Kedalaman
sekitar 200 m
3. Terdiri
dari sedimen lunak, pasir, lumpur, dan sedikit daerah dengan substrat keras.
4. Turbulensi
tinggi
5. Suhu
berubah secara musiman
6. Makanan
melimpah
·
Adaptasi
Organisme
subtidal mampu beradaptasi terhadap perubahan: suhu, salinitas, kekeruhan,
kedalaman, nutrient, dan substrat.
·
Organisme
yang Berasosiasi
Organisme
yang hidup pada zona subtidal diantaranya: lamun, anemon, siput laut, ganggang
coklat, ganggang merah, bintang laut, bulu babi dan sebagainya.
·
Faktor-faktor
yang mengendalikan
Zona
perairan subtidal dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain:
pergerakan ombak, salinitas, suhu, penetrasi cahaya, persediaan makanan,
topografi.
DAFTAR
PUSTAKA
Nybakken,
J.W., 1992. (Terjemahan: H.M. Eidman et
al ) Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Odum, E. P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Diterjemahkan Oleh T.
Samingan. Gadjah mada University press. Yogyakarta.
Prahasta, E. 2002. Sistem Informasi Geografis:
Tutorial Arcview. Informatika, Bandung. Supriyadi, I. H and T. E. Kurinadewa.
2008. Seagrass Distribution at Small Island: Derawan Archipelago, East
Kalimantan Province, Indonesia. Oseanologi dan Limpnologi di Indonesia. 34
(1) p: 83-99.
Supriyadi, I. H. 2008. Pemetaan Padang Lamun di
Perairan Indonesia: Kema Minahasa Utara, Sulawesi utara. P2O-LIPI,
Jakarta.
Supriyadi, I. H. 2010. Pemetaan Padang Lamun di
Perairan Teluk Toli-Toli dan Pulau Sekitarnya Sulawesi Barat. 36 (2) p: 147-164
http://www.scribd.com/doc/53757661/ADAPTASI-ORGANISME-INTERTIDAL
thank atas ijin copy pastenya....
BalasHapusthank atas ijin copy pastenya....
BalasHapusKalau kau baca tulisan ini, mungkin kau sudah memiliki istri dan anak. Kau melihat blogmu yang jarang kau lihat, kau mengenang masa-masa saat kamu kuliah dulu. Bersama teman-temanmu, ngobrol dan membicarakan hal-hal menyenangkan. Aku tahu kau bahagia. Mengapa aku menyukaimu? Mungkin awalnya ketika kau bilang "psst, bisa diam gak? Kamu bisa ngebocorin rumdown acara ke anak-anak baru." Waktu itu mungkim suaraku terlalu keras, saat acara masa orientasi siswa fpik tahun 2011... Yah, tapi aku terpesona pada wajah jengkelmu. Itu ceritanya mulai saat itu aku memperhatikanmu, walaupun mulanya aku memperhatikanmu untuk balas dendam.. Mencari kelemahanmu dan ingin ganti mempermalukanmu. Ya aku bukan orang bertabiat baik. Tapi sejak saat itu aku memperhatikanmu, terus menerus. Kau suka bersenandung saat berjalan,kau suka dikelilingi orang lain, berbicara menyapa, kadang-kadang tampak begitu senang atau frustasi, wajahmu berubah dari satu chanel ke chanel lain dan kau mengingat semua yang orang lain susah mengingat tapi kau mengingatnya dengan mudah...kau sangat cerdas dan tampan. Aku tidak pernah menemukan obyek lain yang begitu berwarna selain dirimu. Kau kau ya kadang lebay, kadang looser, kadang begitu pemberani dan kadang pemimpin, kadang pemarah dan kadang penyabar. Intinya kau indah. Well penyesalanku adalah ada suatu hari ketika kau mengantarku membawa barang yang sangat berat ke suatu tempat dan menurunkan barang itu...kau berkata "Kau mau menunggu disini sendirian sampai semua orang 'anggota karamba' datang? Mau ikut turun ke bawah?". Saat itu aku hanya sendirian menunggu pintu sekre karamba dibuka, karena aku bertanggung jawab atas barang2 berat itu. Penyesalanku adalah aku menjawab "Ya".... Seandainya waktu itu aku bilang, "Nggak, aku mau ikut ke bawah. Aku ingin makan siang dulu. Makasih ya, maaf merepotkan...Aku ikut lagi ya."... dan saat itu aku langsung menuju ke motormu. Mungkin aku ingin makan siang bersamamu, menunggu kegiatan kampus kita. Berbicara denganmu lebih banyak dan tidak terlalu kikuk, dan tidak berkutik berhadapan denganmu. Aku juga menyesal waktu kita praktikum di pantai, pada saat kakimu di sengat ubur-ubur...aku menyuruh orang lain yang mengulurkan obat padamu, bukan aku sendiri. Aku ingin kau selalu bahagia, jadi jangan sedih saat kau membaca ini.... karena saat aku menulis ini, aku sedang sangat berbahagia. Ada satu kemajuan dalam hidupku, hehe. Wildan, aku menyayangimu hari ini. Sangat sayang denganmu.
BalasHapus