Jumat, 18 Mei 2012

Organisme Subtidal


BAB I
PENDAHULUAN

Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan nilai parameter fisika-kimia perairan), maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistemyang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem dapat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai komponen yang terlibat dalam sistemtersebut. Oleh sebab itu, untuk menjamin sumberdaya hayatinya, maka hubungan-hubungan ekologis yang berlangsung di antara komponen-komponen sumberdaya hayati yang menyusun suatu sistem, perlu diperhatikan
            Dari seluruh komponen biotik yang ada, maka salah satu di antaranya yangmenarik untuk dikaji adalah organisme subtidal, yaitu daerah yang terletek antarabatas air surut terendah di pantai dengan ujung paparan dunia yang di pengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain: pergerakan ombak, salinitas, suhu, penetrasi cahaya, persediaan makanan, topograpi. Dan organisme yang hidup pada zona subtidal diantaranya: lamun, anemone, siput laut, ganggang coklat, ganggang merah, bintang laut dan sebagainya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Zona Subtidal merupakan daerah yang terletek antara batas air surut terendah di pantai dengan ujung paparan benua (continental shelf), dengan kedalaman sekitar 200 meter. Pada skema klasifikasi,ah ini dikenal sebagai sublitoral. Zona paparan atau sublitoral adalah zona bentik pada paparan benua di bawah zona pelagik neritik. Zona ini mendapat cahaya dan pada umumnya dihuni oleh bermacam jenis biota laut yang melimpah dari berbagai komunitas, termasuk padang lamun dan terumbu karang. Zona subtidal meliputi daerah dibawah rata-rata level pasang surut yang rendah dan biasanya selalu digenangi air secara terus menerus.

2.2 Zonasi/Distribusi
Zonasi zona subtidal terdiri dari:
1.      Lingkungan sedimen tanpa vegetasi. Habitat yang tidak bervegetasi biasanya terdapat di daerah intertidal yang merupakan wilayah pantai terbuka yang terletak antara titik pasang tertinggi dan titik surut terendah, atau  disebut juga dengan zona  pasang surut. Zona ini merupakan zona yang paling dinamis karena di zona ini terjadi fenomena pasang surut air laut dan adanya energi gelombang yang besar (Nybakken & Bertness 2005). Dengan adanya fenomena ini, habitat di daerah ini memiliki beberapa sifat yang khas, yaitu:
a.       Sedimen mengalami pergantian kondisi terekspos (terdedah) dan terendam secara periodik sejalan dengan siklus pasang surut yang terjadi.
b.      Sedimen mengalami dinamika yang cukup hebat sebagai konsekuensi dari turbulensi air laut yang dapat meresuspensi, mendeposisi dan mengagitasi sedimen.
c.       Sedimen mengalami tekanan faktor-faktor daratan sebagai konsekuensi dari posisinya yang berbatasan langsung dengan daerah teresterial (De Deckere et al. 2001). Karakteristik habitat yang khas ini dapat mempengaruhi kehidupan organisme bentik pada umumnya.
2.      Substrat keras yang didominasi oleh tanaman dan hewan berkulit keras.
3.      Hamparan dan hutan kelp.
4.      Daerah padang lamun.



2.3 Karakteristik
1.      Zona ini merupakan zona fotik (masih mendapatkan cahaya). Zona Fotik atau eufotik merupakan perairan pelagik yang masih mendapatkan cahaya matahari. Batas bawah zona ini tergantung pada batas kedalaman tembus cahaya, dan biasanya bervariasi berdasarkan tingkat kejernihan air. Umumnya batas bawah zona fotik terletak pada kedalaman 100-150 meter.
2.      Kedalaman sekitar 200 m. Zona subtidal berada pada bagian laut yang terletak antara batas air surut terendah di pantai dengan ujung paparan benua, pada kedalaman sekitar 200m. pada skema klasifikasi, daerah ini dikenal sebagai sublitoral.
3.      Terdiri dari sedimen lunak, pasir, lumpur, dan sedikit daerah dengan substrat keras.
4.      Turbulensi tinggi. Pada perairan-dangkal ini, interaksi ombak, arus dan upwelling menumbulkan turbulensi. Turbulensi ini secara umum mencegah perairan pantai terstratifikasi secara termal kecuali untuk waktu yang singkat di daerah beriklim sedang.
5.      Suhu berubah secara musiman. Suhu juga lebih bervariasi di perairan pantai dan menunjukkan perubahan musiman yang jelas di daerah yang beriklim sedang.
6.      Makanan melimpah. Produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan perairan lepas pantai yang serupa karena melimpahnya nutrient, baik yang berasal dari runoff daratan maupun pendaurulangan. Produktivitasnya yang tinggi ini menyangga populasi zooplankton dan organisme benthos yang tinggi.

2.4 Proses Adaptasi Organisme Subtidal
Karena organisme intertidal umumnya berasal dari laut, maka adaptasi yang ditelititerutama harus menyangkut penghindaran atau pengurangan tekanan yang timbul karenakeadaan yang terbuka setiap hari pada lingkungan daratan. Tekanan yang utama darilingkungan laut adalah ombak.
2.4.1 Daya Tahan Terhadap Kehilangan Air
Mekanisme yang sedehana untuk menghindari kehilangan air terlihat pada hewan-hewan yang bergerak, misalnya kepiting. Hewan ini dengan mudah berpindah dari daerah permukaan yang terbuka di intertidal ke dalam lubang-lubang, celah atau galian yang sangat basah sehingga kehilangan air dapat diatasi. Hewan ini menghindarai kondisi lingkungan pantai yang kurang baik dengan aktif memilih mikrohabitat yang baik. Situasi yang serupaterjadi pada beberapa spesies anemon seperti  Anthopleura xanthigrammica di pesisir Pasifik Amerika Utara. Tubuhnya lunak tanpa sistem pencegah kehilangan air. Akan tetapi spesiesini biasanya ditemukan di antara teritip atau di dalam celah dimana kehilangan air dapatdikurangi sehingga adaptasi fisiologis tidak dibutuhkan.
Mekanisme sederhana lainnya terdapat pada beberapa genera alga intertidal bagianatas yaittu Porphyra, Fucus, Enteromorpha. Tumbuhan ini tidak dapat bergerak dan tidak memiliki mekanisme untuk menghindari kehilangan air. Mereka beradaptasi untuk mengatasikehilangan air yang besar hanya dengan jaringannya.
Berlawanan dengan di atas, banyak spesies-spesies hewan intertidal mempunyaimekanisme untuk mencegah kehilangan air. Mekanisme ini dapat terjadi baik secara struktural, tingkah laku, maupun kedua-duanya. Banyak spesies teritip merupakan spesies yang utama di zona intertidal di seluruh dunia. Hewan ini sesil dan kehilangan air dapat dihindari dengan merapatkan cangkangnya pada waktu air surut. Adanya cangkang yang kedap air menyebabkan berkurangnya kehilangan air akibat penguapan. Limpet dari genus Patella, Acmaea, Collisella merupakan hewan yang dominan di daerah intertidal berbatu. Spesies limpet tertentu mempunyai “goresan rumah” (home scar) dimana cangkang dapat dengan pas menempatinya. Pada waktu pasang turun, mereka kembali ke “rumahnya” dan dengan menempati lubang tersebut kehilangan air dapat dicegah. Limpet lainnya yang tidak mempunyai goresan, menempel rapat pada batu-batu sehingga tidak ada satu jaringan punyang terbuka kecuali cangkang. Gastropoda lainnya seperti siput (Littorina) mempunyai operkula yang menutup celah cangkang. Ketika pasang turun mereka masuk ke dalam cangkang, lalu menutup celah menggunakan operkulum sehingga kehilangan air dapat dikurangi. Beberapa Bivalvia seperti  Mytilus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena memiliki kemampuan menutup rapat valvanya untuk mencegah kehilangan air. Organisme lain seperti anemone Actinia dan hydroid Clava squamata menghasilkan lendir (mucus) untuk mencegah kehilangan air. Penghuni-penghuni pasir atau lumpur biasanya hanya mengubur diri ke dalam substrat untuk mencegah kekeringan.
2.4.2 Pemeliharaan Keseimbangan Panas
Walaupun kematian akibat kedinginan ditemukan juga pada beberapa organisme intertidal, namun suhu rendah yang ekstrem nampaknya tidak begitu menjadi masalah bagiorganisme pantai dibandingkan suhu yang tinggi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa organisme-organisme tersebut hidup lebih dekat dengan suhu letal atasnya daripada suhu letal bawahnya. Jadi mekanism e keseimbangan panas hampir seluruhnya berkenaan dengan cara mengatasi suhu yang terlalu tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan pengurangan panas yang berasal dari lingkungan dan menngkatkan kehilangan panas dari tubuh hewan. Panas yang didapat dari lingkungan dapat dikurangi dengan beberapa cara. Cara pertama adalah dengan memperbesar ukuran tubuh relatif bila dibandingkan spesies yang sama baik di intertidal maupun di subtidal. Dengan memperbesar ukuran tubuh berarti perbandingan antara luas permukaan dengan volume tubuh menjadi lebih kecil sehingga luas daerah tubuh yang mengalami peningkatan suhu menjadi lebih kecil. Pada keadaan yang sama, tubuh yang lbih besar memerlukan waktu yang lebih lama untuk bertambah panas dibandingkan dengan tubuh yang lebih kecil. Moluska gastropoda seperti Littorina littorea dan Olivella biplicata denganukuran tubuh besar banyak terdapat di daerah intertidal. Mekanisme lain untuk mengurangi panas adalah dengan cara mengurangi kontak antara jaringan tubuh dengan substrat.
2.4.3 Tekanan Mekanik
Gerakan ombak mencapai puncaknya di zona intertidal. Karena itu, setiap organisme yang hidup di daerah ini perlu beradaptasi untuk mempertahankan diri dari pengaruh pukulan ombak. Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda pada pantai berbatu, dan pada pantai berpasir, sehingga membutuhkan adaptasi yang berbeda pula. Untuk mempertahankan posisi menghadapi gerakan ombak, organisme intertidal telah membentuk beberapa adaptasi. Salah satu diantaranya yang ditemukan pada teritip, tiram, dan cacing polikaeta serpulida, adalah dengan melekat kuat pada substrat. Sedangkan alga di daerah intertidal menyatukandirinya pada dasar perairan melalui sebuah alat pelekat.
Organisme lain juga membuat alat pelekat yang kuat tetapi tidak permanen, sehingga membatasi pergerakan. Sebagai contoh adalah benang bisal pada Mytilus yang dapat menambatkan hewan tersebut dengan kokoh tetapi tetap dapat putus dan dapat dibuat kembalisehingga membatasi gerakan yang lambat.
Moluska intertidal yang dominan seperti beberapa macam limpet dan kiton, mempertahankan diri dari gerakan ombak dengan kaki yang kuat dan besar yang diletakkan pada substrat. Organisme motil seperti kepiting tidak mempunyai mekanisme struktural untuk mempertahankan diri dari sapuan ombak dan mereka dapat terus hidup hanya dengan berlindung pada celah batu atau dibawah batu. Hampir semua moluska intertidal beradaptasi terhadap serangan ombak dengan jlan mempertebal cangkang, lebih tebal dibandingkandengan individu yang sama yang terdapat di daerah subtidal dan mengurangi ukuran tubuhyang amat mudah pecah bila terpukul ombak.
2.4.4 Pernapasan
Karena hewan-hewan penghuni zona intertidal merupakan hewan laut, maka mereka mempunyai tonjolan organ pernapasan yang mampu mengambil oksigen dari air. Biasanya tonjolan itu tipis dan merupakan perluasan dari permukaan tubuh. Organ-organ pernapasan ini amat peka terhadap kekeringan di udara dan tidak akan berfungsi kecuali jika dicelupkan ke dalam air. Organ seperti ini tidak diperlukan di daerah intertidal. Di antara hewan intertidal, terdapat kecenderungan untuk memasukkan organ pernapasan ini ke dalam rongga perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hal ini dapat terlihat jelas pada berbagai moluska dimana insangnya terdapat dalam rongga mantel yang dilindungi oleh cangkang. Keadaan yang sama dijumpai pada teritip dimana jaringan mantel bertindak sebagai organ pernapasan. Hewan-hewan dengan organ pernapasan yang terlindung juga harus mempertahankan air  pada waktu pasang turun, karena itu mereka sering menutup operkulum atau mengaitkan diri (kiton, limpet), dengan demikian pertukaran gas berkurang. Jadi, untuk mempertahankan oksigen dan air ketika pasang turun, banyak hewan yang berdiam diri.
2.4.5 Cara Makan
Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal harus mengeluarkan bagian-bagian berdaging dari tubuhnya. Hal ini berarti bahwa bagian-bagian yang terbuka ini harus tahan terhadap kekeringan. Karena itu, seluruh hewan intertidal hanya aktif jika pasang naik dantubuhnya terendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan detritus, maupun predator.
2.4.6 Tekanan Salinitas
Zona intertidal juga mendapat limpahan air tawar, yang dapat menimbulkan masalah tekanan osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat menyesuaikan diri dengan air laut. Karena hampir semua organisme intertidal tidak memperlihatkan adaptasi daya tahan terhadap perubahan salinitas, tidak seperti organisme estuaria. Kebanyakan tidak mempunyai mekanisme untuk mengontrol kadar garam cairan tubuhnya dan karena itu disebut osmokonformer. Adaptasi satu-satunya sama dengan adaptasi untuk melindungi tubuh dari kekeringan, misalnya untuk teritip dan moluska adalah dengan menutup valva atau cangkang. Keadaan ini mungkin yang menyebabkan mortalitas katastrofik pada organisme intertidal jika terjadi hujan deras atau aliran air tawar. Tetapi nampaknya keadaan ini amat jarang terjadi sehingga mekanisme khusus tidak terlalu dibutuhkan.
2.4.7 Reproduksi
Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkan melekat, sehingga dalam penyebarannya mereka menghsailkan telur atau larva yang terapung bebas sebagai plankton. Adaptasi reproduksi kedua yang diakibatkan oleh posisi intertidal adalah bahwa hampir semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang seirama dengan munculnya arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu pasang purnama. Contohnya Mytilus edulis, gonad menjadi dewasa selama pasang purnama dan pemijahannya berlangsung ketika pasang perbani. Pada Littorina neritoides, telurnya diletakkan pada saat pasang purnama.


2.5 Kondisi Lingkungan
Perairan paparan benua kurang konstan dan kondisi lingkungannya menunjukkan lebih banyak variasi dibandingkan dengan daerah epipelagik laut terbuka atau laut-dalam. Kemungkinan faktor fisik terpenting yang bereaksi pada komunitas dasar adalah turbulensi atau gerakan ombak. Pada perairan-dangkal ini, interaksi ombak, arus dan upwelling menumbulkan turbulensi. Turbulensi ini secara umum mencegah perairan pantai terstratifikasi secara termal kecuali untuk waktu yang singkat di daerah beriklim sedang. Jadi nutrient jarang menjadi faktor pembatas. Produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan perairan lepas pantai yang serupa karena melimpahnya nutrient, baik yang berasal dari runoff daratan maupun pendaurulangan. Produktivitasnya yang tinggi ini menyangga populasi zooplankton dan organisme benthos yang tinggi.

2.6 Faktor-faktor yang Mengendalikan
Zona perairan subtidal dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain:
a.       Pergerakan Ombak
Pergerakan ombak merupakan faktor yang penting di daerah ini. Periode pergerakan laut dan gelombang badai yang lama, berpengaruh terhadap dasar perairan yang dangkal ini. Pada dasar yang lunak, jalur ombak ini dapat menimbulkan gerakan bergelombang besar di dasar, yang sangat mempengaruhi stabilitas substrat. Partikel substrat dapat teraduk dan tersuspensi kembali. Hal ini sangat mempengaruhi hewan infauna yang hidup di dalam substrat. Pergerakan ombak juga menentukan tipe partikel yang terkandung. Pergerakan ombak yang kuat memindahkan partikel halus sebagai suspense dan menyisakan pasir. Jadi sedimen lumpur yang baik hanya dapat terbentuk pada dasar yang pergerakan ombaknya rendah atau letaknya lebih dalam sehingga tidak dipengaruhi oleh ombak.
b.      Salinitas
Salinitas di daerah ini lebih bervariasi daripada di laut terbuka atau laut-dalam, tetapi kecuali di daerah dekat sungai-sungai besar yang mengeluarkan sejumlah besar air tawar, salinitas tidak berubah banyak sehingga dapat menimbulkan perbedaan ekologis.
c.       Suhu
Suhu juga lebih bervariasi di perairan pantai dan menunjukkan perubahan musiman yang jelas di daerah yang beriklim sedang. Perubahan suhu ini dapat menjadi isyarat bagi organisme untuk memulai atau mengakhiri berbagai aktivitas, misalnya reproduksi.
d.      Penetrasi Cahaya
Penetrasi cahaya pada perairan turbulen ini lebih kecil dibandingkan dengan daerah laut terbuka. Kumpulan partikel-partikel sisa, baik dari daratan, dari potongan-potongan kelp dan rumput laut, ditambah kepadatan plankton yang tinggi akibat melimpahnya nutrient, menyebabkan terhambatnya penetrasi cahaya sampai beberapa meter.
e.       Persediaan Makanan
Persediaan makanan di daerah ini melimpah. Sebagian disebabkan karena produktivitas plankton meningkat dan juga disebabkan oleh produksi tumbuhan yang melekat seperti kelp dan rumput laut. Ini merupakan salah satu dari sedikit daerah di laut di mana tumbuhan makroskopik mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi. Sumber makanan terakhir adalah runoff dari daratan. Walaupun terdapat banyak tanaman besar di daerah perairan sublitoral, secara relative terdapat sedikit hewan pemakan tanaman yang berukuran besar. Penggunaan terbesar dari kelp dan rumput laut sebagai makanan hanyalah setelah tanaman tersebut dirombak menjadi partikel detritus.
f.       Topografi.
Dasar lunak di sublitoral tidak memiliki diversitas topografik dan menyebar luas secara monoton sampai jarak yang jauh. Karena kurangnya relief topografik, maka untuk membedakan antara satu tempat dengan tempat yang lain hanyalah berdasarkan besarnya butir-butir substrat. Di pihak lain substrat subtidal yang keras dapat memiliki relief yang cukup besar dengan banyak habitat yang potensial. Kurangnya relief di daerah infauna umumnya berarti lebih sedikit variasi habitat untuk dihni hewan dan lebih sedikit cara yang potensial untuk mempertahankan hidup. Akibatnya jumlah spesies infauna lebih sedikit daripada jumlah spesies epifauna. Relung yang terdapat juga lebih sedikit. Kebanyakan hewan infauna merupakan pemakan deposit, mencerna detritus yang berlimpah yang jatuh ke bawah, atau sebagai pemakan suspense-menyaring plankton yang berlimpah atau detritus yang melayang dalam kolom air. Di pihak lain, ikan-ikan yang hidup di dasar umumnya karnivora.

2.7 Organisme yang Hidup di Zona Subtidal
Secara ekologis ada 3 kelompok organisme yang hidup di daerah subtidal:
1.      Epifauna adalah organisme bentik yang hidup pada atau, dalam keadaan lain berasosiasi dengan permukaan.
2.      Infauna adalah organisme yang hidup di substrat lunak. Organisme infauna di golongkan menurut ukurannya, Makrofauna organisme yang berukuran >  1 mm. Meiofauna 1,0 mm sampai 0,1 mm dan mikrofauna < 0,1 mm.
3.      Predator-predator besar dan bergerak aktif dan seperti ikan dan kepiting.
2.7.1 Asosiasi infauna
            Kelompok organisme dominan yang menyusun makrofauna di dasar lunak sublitoral terbagi dalam 4 kelompok taksonomi :
·         Klas Polychaeta
Cacing Polychaeta banyak terdapat sebagai spesies pembentuk tabung dan penggali.
·         Klas Crustacea
Crustacea yang dominan adalah Ostracoda, Amfipoda, Isopoda, Tanaid, Misid yang berukuran besar, dan beberapa Dekapoda yang lebih kecil.
·         Filum Echinodermata
Echinodermata biasanya sebagai bentos subidal, terutama terdiri dari bintang mengular dan ekinoid (bulu babi dan dollar pasir).
·         Filum Molusca
Molusca biasanya terdiri dari berbagai spesies Bivalvia penggali dengan beberapa Gastropoda di permukaan.
2.7.2 Kebun Kelp
            Kelp utama yang mendominasi dan membentuk struktur dasar dari ‘’kebun kelp’’ adalah genera Macrocystis, Nereocystis dan Laminaria. Pantai Pasifik Amerika Utara maupun Selatan di dominasi oleh Macrocystis sementara Laminaria mendominasi perariran Atlantik.
2.7.3 Komunitas Khusus
1.      Komunitas Pena Laut
            Komunitas ini didominasi oleh Pena Laut, Petilosarkus gurneyi Cnidaria berusia panjang. Dan bahwa Petilosarkus gurneyi merupakan sumber makanan terbesar bagi tujuh predator : empat bintang laut (Hipassterias spinosa, Dermasterias imbricata, Crossaster papposus dan Mediaster aequalis serta tiga molusca apisthobranch (Armina californica, Tritonia festiva dan Hermissenda crassicornis).
2.      Komunitas Bunga Laut
Komunitas Bunga Laut di dominasi oleh cnidaria, terutama oleh bunga laut Renilla kollikeri, serta anemon Harenactis attenuata dan Zaolutus actius. Berasosiasi dengan tiga gastropoda (Nassarius fossatus, Nassarius perpinguis, dan Polinices recluzionus).  Dan dua ekinodermata (Amphiodia occidentalis dan Astropecten armatus).
3.      Komunitas Dollar Pasir
Spesies yang dominan adalah bunga Laut Renilla Kollik dan dollar pasir Dendraster excentricus, nudibranch Armina californica, dan bintang laut Astropecten armatus.

2.8 Contoh Organisme Subtidal
2.8.1 Anemon Laut
Morfologi
Bentuk tubuh anemon seperti bunga,sehingga juga disebut mawar laut. Lipatan yang bundar di antara badan dan keping mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum terdapat "fossa".Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis Limnactinia, keping mulut tidak dilengkapi dengan tentakel. Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat yang berguna untuk melindungi dirinya dari predator.
Habitat
Pada umumnya anemon banyak dijumpai pada daerah terumbu karang yang dangkal dan jarang dijumpai pada daerah terumbu karang yang persentase tutupan karang batunya tinggi.
2.8.2 Ganggang
Ganggang atau ganggeng merujuk pada semua vegetasi yang tumbuh di air (baik air tawar maupun air laut), khususnya yang cukup besar (dapat dilihat mata telanjang), seringkali membentuk massa yang besar, dan memanjang (berbentuk berkas). Istilah ini tidak memiliki makna biologi tetapi biasa digunakan pengguna transportasi perairan untuk menghindari wilayah yang sulit dilayari.
Istilah ganggang dalam biologi pernah dipakai untuk menyebut kelompok organisme rendah alga, namun mendapat tentangan karena sejumlah anggota tumbuhan berbunga perairan juga disebut sebagai ganggang (seperti Hydrilla, Ceratophyllum, dan Cabomba). Untuk mencegah kesalahpahaman, istilah "ganggang" sekarang dihindari dalam konteks botani.
2.8.3 Bulu Babi
Landak laut atau disebut juga bulu babi (Echinoidea) merupakan hewan yang biasanya hidup di:
1.      Daerah pantai
2.      Atas batu karang
3.      Dasar laut
4.      Dalam lumpur
5.      Sumur-sumuran daerah pantai
6.      Muara sungai (dengan membenamkan diri di tanah liat atau di bawah karang)
Hewan-hewan yang termasuk kelas ini berbentuk bundar tak berlengan, tetapi memilki duri yang dapat digerakkan.
Contoh Echonoidea
1.      Diadema antillarum
2.      Strongylocentrotus (berbentuk bola)
3.      Spatangus (berbentuk oval)
4.      Echinarachnius (berbentuk seperti uang logam) yang sering disebut dolar pasir.
2.8.4 Bintang Laut
Bintang laut, walaupun dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan sebutan starfish, hewan ini sangat jauh hubungannya dengan ikan. Bintang laut merupakan hewan invertebrata yang termasuk dalam filum Echinodermata, dan kelas Asteroidea. Bintang laut merupakan hewan simetri radial dan umumnya memiliki lima atau lebih lengan. Bintang laut tidak memiliki rangka yang mampu membantu pergerakan. Rangka mereka berfungsi sebagai perlindungan. Mereka bergerak dengan menggunakan sistem vaskular air. Mereka bergantung kepada kaki tabung yang terletak di bagian ventral lengan bintang ular, yang berfungsi untuk pergerakan dan membantu makan. Bintang laut adalah hewan invertebrata yang bergerak bebas dengan menggunakan kaki-kaki tabungnya, merayap sepanjang dasar laut dalam kecepatan yang cukup rendah untuk kebanyakan spesies.



BAB III
KESIMPULAN

·         Definisi
Zona Subtidal merupakan daerah yang terletek antara batas air surut terendah di pantai dengan ujung paparan benua (continental shelf), dengan kedalaman sekitar 200 meter.
·         Zonasi/Distribusi
Zonasi zona subtidal terdiri dari:
1.      Lingkungan sedimen tanpa vegetasi
2.      Substrat keras yang didominasi oleh tanaman dan hewan berkulit keras
3.      Hamparan dan hutan kelp
4.      Daerah padang lamun

·         Karakteristik
1.      Zona ini merupakan zona fotik (masih mendapatkan cahaya)
2.      Kedalaman sekitar 200 m
3.      Terdiri dari sedimen lunak, pasir, lumpur, dan sedikit daerah dengan substrat keras.
4.      Turbulensi tinggi
5.      Suhu berubah secara musiman
6.      Makanan melimpah




·         Adaptasi
Organisme subtidal mampu beradaptasi terhadap perubahan: suhu, salinitas, kekeruhan, kedalaman, nutrient, dan substrat.
·         Organisme yang Berasosiasi
Organisme yang hidup pada zona subtidal diantaranya: lamun, anemon, siput laut, ganggang coklat, ganggang merah, bintang laut, bulu babi dan sebagainya.
·         Faktor-faktor yang mengendalikan
Zona perairan subtidal dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain: pergerakan ombak, salinitas, suhu, penetrasi cahaya, persediaan makanan, topografi.


DAFTAR PUSTAKA

Nybakken, J.W., 1992. (Terjemahan: H.M. Eidman et al ) Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Odum, E. P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Diterjemahkan Oleh T. Samingan. Gadjah mada University press. Yogyakarta.
Prahasta, E. 2002. Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arcview. Informatika, Bandung. Supriyadi, I. H and T. E. Kurinadewa. 2008. Seagrass Distribution at Small Island: Derawan Archipelago, East Kalimantan Province, Indonesia. Oseanologi dan Limpnologi di Indonesia. 34 (1) p: 83-99.
Supriyadi, I. H. 2008. Pemetaan Padang Lamun di Perairan Indonesia: Kema Minahasa Utara, Sulawesi utara. P2O-LIPI, Jakarta.
Supriyadi, I. H. 2010. Pemetaan Padang Lamun di Perairan Teluk Toli-Toli dan Pulau Sekitarnya Sulawesi Barat. 36 (2) p: 147-164
http://www.scribd.com/doc/53757661/ADAPTASI-ORGANISME-INTERTIDAL

3 komentar:

  1. thank atas ijin copy pastenya....

    BalasHapus
  2. thank atas ijin copy pastenya....

    BalasHapus
  3. Kalau kau baca tulisan ini, mungkin kau sudah memiliki istri dan anak. Kau melihat blogmu yang jarang kau lihat, kau mengenang masa-masa saat kamu kuliah dulu. Bersama teman-temanmu, ngobrol dan membicarakan hal-hal menyenangkan. Aku tahu kau bahagia. Mengapa aku menyukaimu? Mungkin awalnya ketika kau bilang "psst, bisa diam gak? Kamu bisa ngebocorin rumdown acara ke anak-anak baru." Waktu itu mungkim suaraku terlalu keras, saat acara masa orientasi siswa fpik tahun 2011... Yah, tapi aku terpesona pada wajah jengkelmu. Itu ceritanya mulai saat itu aku memperhatikanmu, walaupun mulanya aku memperhatikanmu untuk balas dendam.. Mencari kelemahanmu dan ingin ganti mempermalukanmu. Ya aku bukan orang bertabiat baik. Tapi sejak saat itu aku memperhatikanmu, terus menerus. Kau suka bersenandung saat berjalan,kau suka dikelilingi orang lain, berbicara menyapa, kadang-kadang tampak begitu senang atau frustasi, wajahmu berubah dari satu chanel ke chanel lain dan kau mengingat semua yang orang lain susah mengingat tapi kau mengingatnya dengan mudah...kau sangat cerdas dan tampan. Aku tidak pernah menemukan obyek lain yang begitu berwarna selain dirimu. Kau kau ya kadang lebay, kadang looser, kadang begitu pemberani dan kadang pemimpin, kadang pemarah dan kadang penyabar. Intinya kau indah. Well penyesalanku adalah ada suatu hari ketika kau mengantarku membawa barang yang sangat berat ke suatu tempat dan menurunkan barang itu...kau berkata "Kau mau menunggu disini sendirian sampai semua orang 'anggota karamba' datang? Mau ikut turun ke bawah?". Saat itu aku hanya sendirian menunggu pintu sekre karamba dibuka, karena aku bertanggung jawab atas barang2 berat itu. Penyesalanku adalah aku menjawab "Ya".... Seandainya waktu itu aku bilang, "Nggak, aku mau ikut ke bawah. Aku ingin makan siang dulu. Makasih ya, maaf merepotkan...Aku ikut lagi ya."... dan saat itu aku langsung menuju ke motormu. Mungkin aku ingin makan siang bersamamu, menunggu kegiatan kampus kita. Berbicara denganmu lebih banyak dan tidak terlalu kikuk, dan tidak berkutik berhadapan denganmu. Aku juga menyesal waktu kita praktikum di pantai, pada saat kakimu di sengat ubur-ubur...aku menyuruh orang lain yang mengulurkan obat padamu, bukan aku sendiri. Aku ingin kau selalu bahagia, jadi jangan sedih saat kau membaca ini.... karena saat aku menulis ini, aku sedang sangat berbahagia. Ada satu kemajuan dalam hidupku, hehe. Wildan, aku menyayangimu hari ini. Sangat sayang denganmu.

    BalasHapus